Agnes Jessica, adalah penulis best seller yang sukses dengan 32 novelnya. Dan sudah 70 skenario film televisi yang lahir dari tulisannya dan ditayangkan dari berbagai stasiun televisi. Tapi di balik suksesnya, banyak orang yang tidak tahu rahasia kehidupannya.
"Saat saya menulis skenario, saya harus ketemu banyak orang. Dan mungkin karena itu juga saya tidak meneruskannya. Sedangkan kalau saya menulis novel, saya bisa sendirian. Jadi depresi saya tidak sembuh. Dan depresi saya itu seperti membuat hidup saya kosong dan hampa," Agnes menjelaskan sisi hidupnya yang depresi di tengah kesuksesan pekerjaannya.
Di awal pernikahannya, Agnes membayangkan yang manis dalam rumah tangganya. Tapi disitulah awal masalah mulai terjadi.
"Ketika kami baru pulang dari bulan madu, kami ditimpa kesulitan ekonomi. Jadi, saya baru tahu di situ bahwa ternyata kami memiliki banyak hutang sampai kami jual barang-barang kami untuk bayar hutang itu. Dan akhirnya, saya tinggal dengan mertua, dan keluar dari situ pun kami mengontrak. Lalu untuk membeli susu pun susahnya bukan main. Dan kadang-kadang jika kurang, harus pinjam sama orang tua," Agnes menjelaskan masa-masa sulit dalam pernikahannya.
Satu tahun setelah pernikahannya, suaminya di-PHK dari pekerjaannya. Dan setelah itu, suaminya mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan baru. Dan akhirnya, Agnes-lah yang tampil menjadi tulang punggung keluarga.
Demi memenuhi kebutuhan ekonominya, Agnes mengajar dari pagi hingga malam setiap harinya.
"Saya katakan bahwa saya tidak sanggup. Saya bertanya kenapa mesti saya, karena selepas kerja menjadi guru, saya curi waktu untuk mengajar les. Dan anak saya masih bayi, saya sudah kerja dari pagi sampai malam. Saya bertemu dengan siklus hidup saya dahulu, karena begitulah ibu saya dahulu, pergi pagi pulang malam tidak bertemu anak," Agnes menuturkan kesibukannya sebagai tulang punggung keluarga.
Memang saat kecil, Agnes tak pernah merasakan kasih sayang dari orang-tuanya. Dan memang kedua orang-tuanya tidak bercerai, tetapi yang terjadi sebenarnya adalah ayahnya tak pernah pulang-pulang ke rumahnya. Dan ia mendapat kabar bahwa ayahnya sudah bersama wanita lain. Tanpa disadari ada sesuatu yang terpendam dalam hati Agnes akibat perilaku ayahnya yang tak kunjung datang kembali ke rumah keluarganya.
Agnes mengalami depresi selama tujuh tahun, hal ini membuat Agnes menuju titik kehancuran dengan segala impian yang sudah ia raih.
"Jadi saya merasakan penolakan. Ketika saya bertemu dengan orang, untuk berbicara normal pun saya tidak bisa. Saya sepeti orang yang maluuu... dengan keadaan saya sendiri. Bahkan untuk keluar beli sayur pun saya meminta tolong suami saya untuk membelikannya. Keluar buang sampah pun tak mau. Saya menutup diri, akhirnya saya di rumah saja kerjaannya. Jadi depresi saya tidak sembuh. Kadang-kadang depresi saya membuat saya merasa kosong dan hampa. Jadi kadang saya merasakan keinginan bunuh diri," Agnes menceritakan masa depresinya yang bisa dikatakan sudah terlampau parah.
Saat depresi, Agnes memutuskan berhenti menjadi guru dan membuka les privat di rumahnya. Dan saat itulah, Agnes menemukan sesuatu yang baru dalam hidupnya.
Agnes berpikir, "Lalu, saya mulai berpikir untuk menulis novel semenjak itu. Saya pikir jika saya bisa mendapat uang dari menulis novel, alangkah bagusnya."
Novel Agnes yang pertama langsung diterima oleh penerbit. Dan semenjak saat itu, Agnes sering menulis novel.
"Semenjak itu saya berpikir juga bahwa hidup saya ini dari awal sampai akhir adalah suatu hidup yang unik. Tak ada orang yang bisa menemukan talenta menulis di saat dia itu depresi," Agnes menceritakan bahwa ia sadar ia menemukan talenta baru yang juga adalah karunia dari Tuhan.
Nama Agnes Jessica sebagai penulis novel dan penulis skenario film semakin dikenal. Tapi disitulah depresi-nya semakin parah.
"Di situ saya mulai berfokus pada kesembuhan. Saya berpikir saya harus sembuh, bagaimanapun caranya. Karena saya tahu penyakit ini mulai menghalangi saya untuk maju," ujar Agnes.
Akhirnya Agnes mengikuti perkumpulan hipnoterapi di Jakarta untuk mencari kesembuhan. Lalu Agnes meminta dihipnotis kesembuhan, disitu terbuka roh-roh yang mengganggu Agnes. Ia merasakan bagaimana ia mendengar suara yang ramai sekali di telinganya, seperti sekerumunan orang yang bertanya kepadanya. Dan ternyata tidak hanya ia saja yang merasakan, tetapi juga orang-orang lain dalam perkumpulan tersebut.
Saat Agnes menjadi penulis paling produktif pada waktu itu, pada waktu itu pula tiba-tiba Agnes tidak dapat berkarya lagi.
"Saya mulai suka membaca buku psikologis, saya mulai percaya adanya reinkarnasi. Dikatakan bahwa jika kita mengalami suatu penyakit, itu karena kesalahan kita di masa lalu. Seperti karma. Dan saya mulai percaya itu. Lalu saya percaya lagi dengan novel-novel yang menghujat Tuhan Yesus. Jadi saya bukannya semakin teguh malah semakin murtad. Saya mulai tak percaya Alkitab dan Tuhan Yesus," Agnes menceritakan di balik perjalanannya mencari kesembuhan justru ia semakin jauh dan murtad dari Tuhan.
Sejak Agnes mengikuti perkumpulan tersebut, Agnes semakin sering diserang oleh suara-suara yang aneh. Setiap malam, setiap ia tidur. Ia hanya bisa tidur setengah sadar saja. Hingga akhirnya ia mendengar sebuah suara...
"Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan..."
"Mendengar itu saya berpikir mungkin saya terlalu banyak membaca Alkitab. Saya hanya berpikir, mungkin itu hanya pikiran saya sendiri," Agnes mencoba menyimpulkan sendiri dari apa yang telah ia dengar.
Lalu beberapa jam kemudian, Agnes membaca buku yang isinya ada berkata, "Ketika kita menyerahkan hidup kita secara total kepada Tuhan, maka itu akan menjadi persembahan yang kudus untuk Tuhan dan Tuhan akan berkenan kepada kita."
Lalu Agnes berkata sendiri, "Ya Tuhan, saya mau menyerahkan hidup saya buat Tuhan."
Dan terdengar kembali suara itu, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan..."
"Dan ketika itu terjadi, saya percaya bahwa Tuhan itu benar-benar sudah memulihkan saya! Jadi sebenarnya ini adalah proses pemulihan, satu demi satu dibereskan oleh Tuhan," Agnes menceritakan bagaimana imannya bertumbuh pada malam itu.
Akhirnya Agnes bersama suaminya mencari seorang hamba Tuhan dan didoakan sehingga lepas dari kuasa kegelapan dan sembuh dari depresinya.
"Saya meminta ampun atas semua dosa saya ketika saya meninggalkan Tuhan Yesus, dan ketika saya sudah kembali kepada Tuhan Yesus itu luar biasa. Ketika saya murtad pun Tuhan tidak meninggalkan, Ia tetap memberkati saya. Dari saya waktu dahulu memberi les, ternyata saya bisa mendapat penghasilan empat kali lipat dari sebelumnya. Itu luar biasa. Dalam beberapa tahun kedepan, ekonomi saya dipulihkan. Dari saya menjadi penulis, saya bisa membeli rumah sendiri, beli mobil, bisa punya tabungan..." Agnes mengingat-ingat bagaimana Tuhan tetap memberkati dia meskipun ia sempat jauh dari Tuhan.
Bagi Agnes, semua badai kehidupan yang pernah dilaluinya itu merupakan cara Tuhan untuk mendekatkan diri Agnes kepada Tuhan hingga hidupnya dipulihkan.
"Saya belajar untuk menjadi seorang hamba, saya mengosongkan diri, saya bukan apa-apa, saya hanya mengerjakan pekerjaan dari Tuhan. Dan ketika itu saya lakukan, rupanya itu kunci rahasianya! Jadi saya hanya melakukan apa yang Tuhan mau, saya hanya hamba... Dan ternyata setelah itu saya, malah, lancar kembali untuk menulis. Dan ide-ide datang luar biasa. Setelah saya berjalan bersama Tuhan, semua yang saya lakukan, benar-benar damai sejahtera. Jadi ketika saya berhasil, ya, itu karena Tuhan membantu saya. Dan ketika saya tidak berhasil, ya sudah, berarti Tuhan tidak ingin ini terjadi. Dan apa yang Tuhan mau pasti lebih baik untuk saya," kisah Agnes. (Kisah ini ditayangkan 25 Januari 2011 dalam acara Solusi Life di O'Channel).
Sumber Kesaksian:
Agnes Jessica
Sumber : V090218112853